Minggu, 07 Juni 2015

makalah psikologi tentang prestasi dan evaluasi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tantanga dan perkembangan pendidikan di Indonesia pada masa yang akan datang semakin besar dan kompleks. Hal ini disebabkan anatara lain adanya perubahan tuntutan masyarakat terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan itu sendiri. Tuntutan itu sangatlah wajar dan logis serta bukan termaksuk isu yang baru,karena sudah lebih dari 30 tahun yang lalu,komisi pembaharuan pendidikan nasional telah melaporkan isu-isu pendidikan nasional yang harus diantisipasi.salah satunya adalah kualitas dan kuantitas pendidikan.
 Suatu bangsa akan dikenal karena kemajuan ilmu pengetahuannya, suatu bangsa akan dianggap maju jika mencapai kemajuan dengan ilmu pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan itu tidak lepas dari yang namanya pendidikan, baik itu formal atau non formal.Pendidikan memang memiliki peran penting bagi tercapainya kemajuan. Selain itu proses pendidikan bukan hanya berhubungan dengan proses pencapaian ilmu pengetahuan, tetapi juga kematangan masyarakatnya secara psikis. Dan itu semua tidak terlepas dari faktor-faktor yang mendudukung dari pendidikan tersebut. Baik itu dari faktor pendidik, yang dididik ataupun administrasi dari pendidikan tersebut, dan masih banyak lagi faktor-faktor yang mendudung bagi terselengaranya sebuah pendidikan.
Evaluasi belajar dan pembelajaran sangatlah penting utamanya di dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan evaluasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian peserta didik dalam menempuh mata pelajaran yang telah disajikan. Sehingga untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai, apakah aktivitas yang dilakukan telah berhasil mencapai sasaran, apakah prosedur kerja yang dilakukan sudah tepat, apakah sumber daya yang dimiliki sudah dapat dimobilisasi secara optimal untuk mencapai tujuan, dan apakah elemen-elemen pendukung kegiatan sudah berfungsi dengan baik, digunakan suatu evaluasi untuk semua hal tersebut. Peran evaluasi merupakan hal yang sangat penting dan keberadaannya tidak dapat tergantikan. Dengan adanya evaluasi seorang pengajar akan mampu melihat perkembangan dari setiap peserta didiknya dan dapat melakukan tindakan lebih lanjut manakala peserta didiknya mengalami kemunduran dalam pencapaian hasil belajar atau peserta didik belum mampu mencapai prestasi yang optimal.



1.2   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Kami merumuskan beberapa masalah yaitu sebagai berikut:
1.           Apa pengertian prestasi belajar ?
2.           Apa pengertian evaluasi ?
3.           Apakah pengertian Evaluasi Prestasi Belajar ?
4.           Apa tujuan dan fungsi Evaluasi Pembelajaran ?
5.           Apa itu evaluasi prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor ?
6.           Apa pengertian prestasi menurut pandangan islam ?

1.3   Tujuan Penulisan
Mengacu pada rumusan masalah, maka ada beberapa tujuan penulisan makalah ini, yaitu untuk:
1.           Mengetahui pengertian dari prestasi belajar
2.           Mengetahui pengertian dari evaluasi
3.           Mengetahui pengertian dari evaluasi prestasi belajar
4.           Memahami tujuan dan fungsi Evaluasi pembelajaran
5.           Mengetahui pengertian dari evaluasi prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor
6.           Mengetahui pengertian prestasi menurut pandangan islam


BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Pengertian Prestasi Belajar
Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Istilah prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer (Adi Satrio, 2005: 467) didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai. Noehi Nasution (1998: 4) menyimpulkan bahwa belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena sesuatu hal.
Sementara itu Muhibbin Syah (2008: 90-91) mengutip pendapat beberapa pakar psikologi tentang definisi belajar, di antaranya adalah:
Skinner, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya educational Psychology: The Teaching-Learning Process,berpendapat bahwa belajar adalah suau proses adaptasi atau penyesuaian tinkah laku yang berlangsung secara progresif (a process of progressive behavior adaptation). Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce).
Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organism (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organism tersebut.Jadi, dalam pandangan Hitzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.
Wittig dalam bukunya, Psychology of Learning, Wittig mendefinisikan belajar ialah perubahan yang relative menetap terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
Reber dalam kamusnya, Dictionary of Psychology, membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama,belajar adalah The process of accuiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kuran representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif.Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practise, yakni suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif permanen sebagai hasil latihan yang diperkuat.


Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar, yakni:
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.
Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling pelaku belajar. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi pelaku belajar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.


2.2 Pengertian Evaluasi
Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi adalah menurut Tardif (1989) berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Selain kata evaluasi dan assessnment ada pula kata lain yang searti dan relatif lebih masyhur dalam dunia pendidikan kita yakni tes, ujian, dan ulangan.
Assessnment menurut Petty (2004) mengukur keluasan dan kedalam belajar, sedangkan evaluasi yang berarti mengungkapkan dan pengukuran hasil belajar yang pada dasarnya merupakan proses penyusunan deskripsi siswa, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Evaluasi memiliki arti lebih luas daripada penilaian. Dengan kata lain di dalam evaluasi tercakup di dalamnya penilaian. Pendidik harus mengetahui sejauhmana peserta didik telah menyerap dan menguasai materi yang telah diajarkan. Sebaliknya, peserta didik juga membutuhkan informasi tentang hasil pekerjaannya. Hal ini hanya dapat diketahui jika seorang pendidik (guru) melakukan evaluasi.
Sebelum melakukan evaluasi, maka guru harus melakukan penilaian yang didahului denganpengukuran.Pengukuran hasil belajar adalah cara pengumpulan informasi yang hasilnya dapat dinyatakan dalam bentuk angka yang disebut skor. Penilaian hasil belajar adalah cara menginterpretasikan skor yang diperoleh dari pengukuran dengan mengubahnya menjadi nilai dengan prosedur tertentu dan menggunakannya untuk mengambil keputusan. Evaluasi hasil belajar merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis.

2.3 Pengertian  Evaluasi Prestasi Belajar
Istilah Evaluasi atau penilaian adalah sebagai terjemahan dari istilah asing “Evaluation”. Dan sebagai panduan, menurut Benyamin S. Bloom (Handbook on Formative and Sumative Evaluation of Student Learning) dikemukakan bahwa: Evaluasi adalah pengumpulan bukti-bukti yang cukup untuk kemudian dijadikan dasar penetapan ada-tidaknya perubahan dan derajat perubahan yang terjadi pada diri siswa atau anak didik.
Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Kata lain yang sepadan dengan kata evaluasi dan sering digunakan untuk menggantikan kata evaluasi adalah tes, ujian dan ulangan Aktivitas belajar perlu diadakan evaluasi. Hal ini penting karena dengan evaluasi kita dapat mengetahui apakah tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak.
Adapun aspek-aspek kepribadian yang harus diperhatikan merupakan objek di dalam pelaksanaan evaluasi tersebut, menurut Nasrun Harahap, adalah sebagai berikut:
2.4   Tujuan dan Fungsi Evaluasi Prestasi Belajar
Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, tujuan umum dan tujuan khusus. L. Pasaribu dan Simanjuntak, menegaskan bahwa:
1.      Tujuan Umum dari evaluasi adalah sebagai berikut:
-    Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
-    Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat.
-    Menilai metode belajar yang dipergunakan
2.      Tujuan Khusus dari evaluasi adalah sebagai berikut:
-    Merangsang kegiatan siswa
-    Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.
-    Memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar atau metode belajar.
-    Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.
-    Memperoleh bahwa laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan oreang tua dan lembaga pendidikan.


Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar-mengajar, evaluasi mempunyai fungsi yang amat penting, yaitu :
-    Untuk menentukan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan (dan karakteristik lainnya) yang dimiliki oleh murid.
-    Untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar, serta mengadakan perbaikan program bagi murid.
-    Untuk memberikan angka yang tepet tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid.

2.4 Evaluasi Prestasi Kognitif, Afektif, Dan Psikomotor
1.           Evaluasi Prestasi Kognitif
Mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan. Karena semakin membengkaknya jumlah siswa-siswa di sekolah, tes lisan dan perbuatan saat ini semakin jarang digunakan. Alasan lain mengapa tes lisan khususnya kurang mendapat perhatian ialah karena pelaksanaannya yang face to face(berhadapan langsung). Cara ini, konon dapat mendorong penguji untuk bersikap kurang fair terhadap si teruji/peserta didik tertentu.
Dampak negatif yang terkadang muncul dalam tes yang face to face itu, ialah sikap dan perlakuan penguji yang subjektif dan kurang adil, sehingga soal yang diajukan pun tingkat kesukarannya berbeda antara satu dengan yang lainnya.
2.      Evaluasi Prestasi Afektif
Dalam merencanakan penyusunan instrument tes prestasi siswa yang berdimensi afektif (ranah rasa) jenis-jenis prestasi internalisasi dan karakterisasi sebaiknya mendapat perhatian khusus. Karena kedua jenis prestasi ranah rasa itulah yang lebih banyak mengendalikan sikap dan perbuatan siswa.
Salah satu bentuk tes ranah rasa yang populer ialah likert scale yang tujuannya untuk mengidentifikasi kecenderungan atau sikap orang. Bentuk skala ini menampung pendapat yang mencerminkan sikap sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Rentang skala ini diberi skor 1 sampai 5 atau 1 sampai 7 bergantung kebutuhan dengan catatan skor-skor itu dapat mencerminkan sikap-sikap mulai sangat “ya” sampai sangat “tidak”.


Perlu pula dicatat, untuk memudahkan identifikasi jenis kecenderungan afektif siswa yang representatif item-item skala sikap sebaiknya dilengkapi dengan label/identitas sikap yang meliputi:
a.       Doktrin, yaitu pendirian
b.      Komitmen, ikrar untuk melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan
c.       Penghayatan, pengalaman batin
d.      Wawasan, pandangan atau cara memandang sesuatu
3.   Evaluasi Prestasi Psikomotor
Cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar yang berdimensi ranah psikomotor (ranah karsa) adalah observasi. Dalam hal ini observasi dapat diartikan sebagai sejenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku, atau fenomena lain dengan pengamatan langsung. Namun, observasi harus dibedakan dengan eksperimen, karena eksperimen pada umumnya dipandang sebagai salah satu cara observasi.

2.5 Prestasi Menurut Pandangan Islam
Dalam diri manusia secara fitrah telah tercipta sebuah “file prestasi”. Dalam arti setiap manusia yang hidup dalam kondisi normal dipastikan mendambakan prestasi, sekecil apapun hingga sebesar apapun. Mereka menginginkan dirinya menjadi manusia sukses dan beruntung terhadap apa yang diinginkan. Naluri berprestasi dalam ilmu psikologi Islam termasuk dalam kategori “gharizatul baqak” atau dalam bahasa psikologi konvensional masuk dalam ranah “power motive” yang di dalamnya terdapat “achievement motive”. Naluri ini terus menerus dicari, digenggam, dipertahankan dan terus dikejar sampai kapanpun dan dimanapun.
Konsepsi Islam adalah keseimbangan antara prestasi dunia dan akherat. Bahkan prestasi dunia adalah untuk prestasi di akherat. Dalam konteks ini bisa difahami konsepsi Al Quran surat 28 Al Qashash ayat 77 yang artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Demikian pula terdapat hadits yang berbunyi : I’mal lidunyaka ka-annaka ta’isyu abadan, wa’mal liakhiratika ka-annaka tamutu ghadan (carilah olehmu kehidupan dunia seakan-akan kalian hidup selamanya, dan carilah olehmu kehidupan untuk negeri akherat yang seakan-akan kalian akan mati besok hari”.
 Jadi, semakin jelas bahwa prestasi dalam pandangan psikologi Islam adalah jika pencapaian kesuksesan tersebut diniatkan, diproses dan didapatkan sesuai aqidah Islam tanpa terpisahkan antara dunia dan akherat. Sebab dalam konsepsi Islam juga bahwa setiap amal perbuatan mesti dicatat dan kelak akan dimintai pertanggung jawaban. Hal ini dapat dibuka dalam Al Quran surat 99 Al Zalzalah ayat 7 dan 8: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”. Oleh karena itu, dalam konsepsi psikologi Islam bahwa yang disebut prestasi hanya terjadi jika amalan dan keberhasilan seseorang yang mendasarkan aqidah dan syariah Islam.
 Selanjutnya, sebuah prestasi yang hakiki dalam Islam tidak hanya pada puncak pencapaian (the end process of pipe), tetapi juga sejak dari niat karena Allah, dan selama proses yang diproses dengan ruh syariah dan aqidah Islam, maka ketika itu pula sudah bernilai prestasi—sebab ketika itu pula Allah Swt memberikan pahala atas segala usahanya, sekecil apapun.

BAB III
KESIMPULAN

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”. Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.
Evaluasi memiliki arti lebih luas daripada penilaian. Dengan kata lain di dalam evaluasi tercakup di dalamnya penilaian. Siapapun yang melakukan tugas mengajar, perlu mengetahui akibat dari pekerjaan-nya. Evaluasi prestasi dibagi menjadi tiga macam yaitu  evaluasi prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor. Prestasi dalam pandangan psikologi Islam adalah jika pencapaian kesuksesan tersebut diniatkan, diproses dan didapatkan sesuai aqidah Islam tanpa terpisahkan antara dunia dan akherat. Sebab dalam konsepsi Islam juga bahwa setiap amal perbuatan mesti dicatat dan kelak akan dimintai pertanggung jawaban.


Daftar Pustaka

Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo
Wayan Nurkancana dan Sunartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Mulyadi. 2010. Evaluasi Pendidikan. Malang: Maliki Press.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar