Anak Berkebutuhan
Khusus
Sebelum kita memulai pelajaran tentang anak berkebutuhan
khusus, lebih baik kita isi soal-soal berikut dengan jawaban yang menarik
sesuai yang kamu rasakan, lihat, dan perhatikan, berikut adalah soal-soal dan
contoh jawaban saya :
1. (+)
kata apa saja yang menggambarkannu hari ini ?
(-) lapar, sedih,bimbang
2. (+)
perasaan apa saj ayang tiap hari kamu rasakan ?
(-) pusing,senang
3. (+)
andaikata ikan dapat hidup di darat apa yang akan terjadi ?
(-) kucing gendut, bau amis
4. (+)
andaikata singa bukan hewan karnivora?
(-) saya pelihara, tukang pecel laku keras
5. (+)bagaimana
memperbaiki sepatu yang rusak ?
(-) di lem, di jahit dengan penuh cinta agar tidak rusak
lagi
6. (+)
melanjutkan cerita !
Wanda keluar kelas, lalu wanda...
(-) bertemu dengan viqi yang sedang berdiri diteras depan
kelas. Wanda dengan semangan ingin menghampiri viqi namun tiba-tiba datanglah
peni yang saat itu adalah pacar dari viqi. Akhirnya wanda berjalan melewati
mereka dengan bercucuran air mata.
7. (+)
apa fungsi kerudung selain untuk penutup kepala ?
(-) untuk menggendong anak, jubah buat terbang
8. (+) beri
judul gambar tersebut !
(-) jangan pernah membeda-bedakan dan setiap anak mempunyai
hak yang sama.
A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Anak berkebutuhan khusus(abk) merupakan istilah lain untuk
menggantikan kata “anak luar biasa (alb)” yang menandakan adanya kelainan
khusus.anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara
satu dan lainnya. Di negara indonesia, abk yang mempunyai gangguan perkembangan
dan telah diberikan layanan antara lain sebagai berikut :
1. Anak yang
mengalami tuna netra.
2. Anak yang
mengalami tuna rungu wicara hambatan pendengaran.
3. Anak
dengan tuna grahita (hambatan mental, emosi, sosial, dan fisik).
4. Anak
dengan tuna daksa (kelainan pada tulang).
5. Anak
tunalaras (kelainan membuat keonaran secara berlebihan).
6. Anak
dengan autis (kelainan berbicara dan intelektual).
7. Anak
dengan hiperaktif(kerusakan otak, kelainan emosi).
8. Anak
dengan hendaya belajar (mempunyai prestasi rendah).
9. Anak
dengan tunaganda (kelainan hambatan perkembangan neurologis).
Siswa-siswa yang mempunyai ganguan perkembangan tersebut,
memerlukan suatu metode pembelajaran yang sifatnya khusus. Suatu pola yang
bervariasi, diyakini dapat meningkatkan potensi peserta didik.
. Model Pembelajaran
Anak Berkebutuhan Khusus
Model pembelajaran anak berkebutuhan khusus berdasarkan pada Kurikkulum
Berbasis Kompetensi adalah pengembangan lingkungan belajar secara terpadu.
Pengembangan lingkungan secara terpadu dimaksudkan dengan lingkungan yang
mempunyai prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus.
Prinsip-prinsip umum pembelajaran
meliputi motivasi, konteks, keterahan, hubungan sosial, belajar sambil bekerja,
individualis, menemukan, dan prinsip pemecahan masalah. Sedangkan
prinsip-prinsip khusus disesuaikan dengan karakteristik khusus dari setiap
penyandang kelainan. Misalnya, untuk peserta didik dengan hambatan visual,
diperlukan prinsip-prinsip kekongretan, pengalaman yang menyatu, dan belajar
sambil melakukan.
1. Rasionalitas
Layanan pendidikan dan
pembelajaran di Indonesia. Khususnya untuk sekolah luar biasa atau sekolah yang
menerapkan pendidikan inklusif, seyogianaya sejalan dan tidak terlepas dari
prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus. Kebijakan dan praktek
pendidikan berkebutuhan khusus dalam mengaplikasikan gerakan, sejalan dengan prinsip
pendidikan untuk semua atau education for all sebagai hasil
konferensi dunia di Salamanca pada tanggal 7 hingga 10 Juni 1994.
2. Visi dan Misi
Visi pembelajaran berdasarkan KBK, adalah membantu setiap peserta didik
berkebutuhan khusus untuk dapat memiliki sifat dan wawasan serta akhlak tinggi,
kemerdekaan dan demokrasi, toleransi dan mengjunjung hak azasi manusia, saling
pengertian dan berwawasan global (Mulyana, E. 2004:19).
Misi pembelajaran berdasarkan KBK terhadap ABK adalah suatu upaya guru dalam
memberikan layanan pendidikan agar setiap peserta didik menjadi individu yang
mandiri, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur,
terampil, dan mampu berperan sosial (Mulyana, E. 2004:20).
3. Tujuan Pembelajaran
Berdasarkan KBK
Berdasarkan visi dan
misi pembelajaran berdasarkan KBK, dapat ditentukan tujuan pembelajaran, antara
lain sebagai berikut.
a. Agar dapat
menghasilkan individu yang mampu melakukan kegiatan sehari-hari tanpa bantuan
orang lain melalui kemampuan dirinya dalam menggunakan persepsi, pendengaran,
penglihatan, taktil, kinestetik, fine motor, dan gross motor.
b. Agar dapat
menghasilkan individu yang mempunyai kematangan diri dan kematangan sosial.
c. Menghasilkan individu
yang mampu bertanggung jawab secara pribadi dan sosial.
d. Agar dapat
menghasilkan individu yang mempunyai kematangan untuk melakukan penyesuaian
diri dan penyesuaian terhadap lingkungan sosial.
4. Isi Program
Pembelajaran
Isi program
pembelajaran ABK dengan memanfaatkan permainan terapeutik dikelompokan sebagai
berikut.
a. Tingkat perkembangan
kemampuan fungsional dari setiap siswa tunagrahita, meliputi sensori motor,
kreativitas, interaksi sosial, dan bahasa.
b. Jenis-jenis permainan
terapeutik meliputi permainan eksplorasi, dan permainan memecahkan masalah
melalui permainan keterampilan, permainan sosialisasi, permainan imajinatif,
dan permainan memecahkan masalah melalui puzzle.
c. Sasaran perkembangan
perilaku adaptif atau target behavior dapat dicapai melalui sasaran berupa
pengembangan keterampilan psikomotor dari setiap siswa dalam melakukan kegiatan
permainan tertentu sebagai bentuk terapeutik. Selanjutnya target behavior
diarahkan agar mampu mencapai tingkat perkembangan kognitif.
5. Pendukung Sistem Model
Pembelajaran dengan KBK
Komponen pendukung
sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan,
memelihara, dan meningkatkan program pembelajaran. Kegiatan-kegiatannya
diarahkan pada hal-hal berikut.
a. Pengembangan dan
manajemen program.
b. Pengembangan staf
pengajar.
c. Pemanfaatan sumber
daya msyarakat dan pengembangan atau penataan terhadap kebijakan dan petunjuk
teknis.
6. Komponen Dasar Model
Pembelajaran
Isi layanan pembelajaran
dapat dikelomokan ke dalam bagian-bagian sebagai berikut.
a. Masukan, terdiri atas:
(1) Masukan Mentah, berupa: elicitors, behaviors, reinforcers. (2)
Masukan Instrumen, berupa: program, guru kelas, tahapan, dan sarana. (3)
Masukan Lingkungan, berupa: norma, lingkungan, tujuan, lingkungan, dan
tuntutan.
b. Proses, terdiri atas
program pembelajaran individual, pelaksanaan intervensi, refleksi hasil
pembelajaran, dan KBK.
c. Keluaran atau outcome, berupa
perubahan kompetensi setiap peserta didik Anak Berkebutuhan Khusus.
Pandangan Islam
Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
Dalam penggalan surat
di bawah ini mengandung makna kesetaraan untuk bergabung bersama dengan mereka
yang berkebutuhan khusus seperti buta, pincang, bisu, tuli, atau bahkan sakit.
Mereka berhak untuk makan bersama, berkumpul bersama layaknya masyarakat pada
umumnya.
“Tidak ada halangan
bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang
sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka)di
rumah kamu sendiri atau di rumah-rumah bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah
saudara-saudarmu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, di
rumah sudara bapakmu yang laki-laki, di rumah saura bapakmu yang perempuan, di
rumah saudara ibumu yang laki-laki, di rumah saudara ibumu yang perempuan, di
rumah yang kamu miliki kuncinya atau di rumah kawan-kawanmu. Tidak ada halangan
bagi kaum makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki
(suatu rumah dari) rumah-rumah (ini)hendaklah kamu memberi salam kepada
(penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang
ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah
menjelaskan ayat-ayat(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya”. (Q.S. An-Nuur ayat 61).
Bahkan asbabunnuzul dari QS. An-Nuur ayat 61 ini adalah: pada masa itu
masyarakat Arab merasa jijik untuk makan bersama-sama dengan merekayang
berkebutuhan khusus, seperti pincang, buta, tuli, dan lainnya. Hal ini
disebabkan cara makan mereka yang berbeda. Selain itu masyarakat Arab pada masa
itu merasa kasihan kepada merka yang berkebutuhan khusus tersebut karena mereka
tidak mampu menyediakan makanan untuk diri mereka sendiri. Akan tetapi Islam
menghapus diskriminasi tersebut melalui surat ini. Masyarakat tidak seharusnya
membeda-bedakan atau bersikap diskriminasi terhadap anak berkebutuhan khusus.
Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus yang paling banyak mendapat
perhatian guru menurut Kauffman dan Hallahan, antara lain sebagai berikut :
a) Anak Tuna Grahita
Anak tunagrahita secara umum mempunyai tingkat kemampuan
intelektual di bawah rerata. Anak tunagrahita memiliki karakteristik anak
dengan hendaya perkembangan (tunagrahita), meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Mempunyai dasar secara
fisiologis, sosial dan emosional sama seperti anak-anak yang tidak menyandang
tunagrahita.
b) Selalu bersifat
eksternal locus of control sehingga mudah sekali melakukan kesalahan.
c) Suka meniru perilaku
yang benar dari orang lain dalam upaya mengatasi kesalahan-kesalahan yang
mungkin ia lakukan.
d) Mempunyai perilaku yang
tidak dapat mengatur diri sendiri.
e) Mempunyai permasalahan
berkaitan dengan perilaku sosial.
f) Mempunyai
masalah berkaitan dengan karakteristik belajar.
g) Mempunyai masalah
dalam bahasa dan pengucapan.
h) Mempunyai masalah
dalam kesehatan fisik.
i) Kurang
mampu untuk berkomunikasi.
j) Mempunyai
kelainan pada sensori dan gerak.
b) Anak dengan kesulitan
belajar
Anak yang berprestasi rendah umumnya kita temui di sekolah,
karena mereka pada umumnya tidak mampu menguasai bidang studi tetentu yang
diprogramkan oleh guru berdasarkan kurikulum yang berlaku. Anak dengan
kesulitan belajar mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a) Kelainan yang terjadi
berkaitan dengan faktor psikologis sehingga mengganggu kelancaran berbahasa,
saat berbicara, dan menulis.
b) Pada umumnya mereka
tidak mampu untuk menjadi pendengar yang baik, untuk berfikir, untuk berbicara,
membaca dan menulis, mengeja huruf, bahkan perhitungan yang bersifat
matematika.
c) Kemampuan mereka yang
rendah dapat dicirikan melalui hasil tes IQ atau tes prestasi belajar khususnya
kemampuan-kemampuan berkaitan dengan kegiatan-kegiatan di sekolah.
d) Kondisi kelainan dapat
disebabkan oleh perceptual handicapes dan sebaginya.
e) Mereka tidak tergolong
ke dalam penyandang tuna grahita, tuna laras, atau mereka yang mendapatkan
hambatan dari faktor lingkungan, budaya atau faktor ekonomi.
f) Mempunyai karakteristik
khusus berupa kesulitan di bidang akademik, masalah-masalah kognitif, dan
masalah-masalah emosi sosial.
c) Peserta Didik
Hiperaktif
Hiperaktif bukan merupakan penyakit tetapi suatu gejala.
Ciri yang paling mudah dikenal bagi anak hiperaktif adalah anak akan selalu
bergerak dari satu tempat ke tempat lain, selalu menganggu teman-teman di
kelasnya, suka berpindah-pindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya,
mempunyai kesulitan berkonsentrasi,dan mempunyai masalah belajar hampir di
seluruh bidang studi.
d) Anak Tunalaras
Anak tuna laras biasa disebut juga dengan anak dengan
hendaya perilaku menyimpang. Bower menyatakan bahwa anak dengan hambatan
emosional atau kelainan perilaku, apabila menunjukkan adanya satu atau lebih
dari lima komponen berikut ini :
a) Tidak
mampu belajar bukan disebabkan karena faktor intelektual, kesehatan.
b) Tidak
mampu untuk melakukan hubungan baik dengan teman-teman dan guru-guru.
c) Bertingkah
laku atau berperasaan tidak pada tempatnya.
d) Secara
umum, mereka selalu dalma keadaan depresi.
e) Bertendesi
ke arah fisik seperti merasa sakit, atau ketakutan berkaitan dengan orang atau
permasalahan di sekolah.
e) Anak tunarungu wicara
Yang dimaksud tuna rungu ini adalah seseorang yang mengalami
kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar sebagian atau seluruhnya,
diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh indera pendengaran.
Ciri-cirinya kurang perhatian saat guru menerangkan, mempunyai kesulitan untuk
mengikuti petunjuk secara lisan.
f) Anak Tunanetra
Bagi yang mengalami hambatan pengihatan atau tunanetra jelas
ia harus mempelajari lingkungan sekitarnya dengan menyentuh dan merasakannya.
Perilaku untuk mengetahui objek dengan cara mendengarkan suara dari objek yang akan
diraih adalah perilakunya dalam perkembangan motorik.
g) Anak autis
Anak autis merupakan kelainan yang disebabkan adanya
hambatan pada ketidakmampuan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan pada
otak. Kelainan yang terjadi pada anak autis antara lain, kelainan berbicara,
kelainan fungsi saraf dan intelektual, perilaku yang ganjil, interaksi sosial,
anak autis kurang suka bergaul dan sangat terisolasi hidupnya.
h) Anak Tunadaksa
Anak tunadaksa memiliki kecacatan fisik sehingga mengalami
gangguan pada koordinasi gerak, persepsi, dan kognisi disamping adanya
kerusakan saraf tertentu.ciri utamanya ialah, geraknya kurang kuat, berjalan
dengan langkah yang panjang dan mudah jatuh.
i) Anak
Tunaganda
Tunaganda adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan
mencakup kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan neorologis yang
disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti
intelegensi, gerak, bahasa, atau hubungan-pribadi di masyarakat.
j) Anak berabakat
dan keberbakatan
Peserta didik berbakat mempunyai empat kategori :
a) Mempunyai kemampuan
intelektual atau mempunyai intelegensi yang menyuluruh.
b) Kemampuan intelektual
khusus.
c) Berfikir kreatif atau
berfikir murni menyeluruh.
d) Mempunyai bakat kreatif
khusus.
Sumber :
Delphie, Bandi.
Pembelajaran anak berkebutuhan khusus. 2006. Bandung : refika aditama.
Delphie, Bandi. Pembelajaran Anak Tunagrahita. 2006. Bandung
: Refika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar