Minggu, 07 Juni 2015

psikologi pendidikan tentang anak berkebutuhan khusus

Anak Berkebutuhan Khusus

Sebelum kita memulai pelajaran tentang anak berkebutuhan khusus, lebih baik kita isi soal-soal berikut dengan jawaban yang menarik sesuai yang kamu rasakan, lihat, dan perhatikan, berikut adalah soal-soal dan contoh jawaban saya :
1.      (+) kata apa saja yang menggambarkannu hari ini ?
(­­-) lapar, sedih,bimbang
2.      (+) perasaan apa saj ayang tiap hari kamu rasakan ?
(-) pusing,senang
3.      (+) andaikata ikan dapat hidup di darat apa yang akan terjadi ?
(-) kucing gendut, bau amis
4.      (+) andaikata singa bukan hewan karnivora?
(-) saya pelihara, tukang pecel laku keras
5.      (+)bagaimana memperbaiki sepatu yang rusak ?
(-) di lem, di jahit dengan penuh cinta agar tidak rusak lagi
6.      (+) melanjutkan cerita !
Wanda keluar kelas, lalu wanda...
(-) bertemu dengan viqi yang sedang berdiri diteras depan kelas. Wanda dengan semangan ingin menghampiri viqi namun tiba-tiba datanglah peni yang saat itu adalah pacar dari viqi. Akhirnya wanda berjalan melewati mereka dengan bercucuran air mata.
7.      (+) apa fungsi kerudung selain untuk penutup kepala ?
(-) untuk menggendong anak, jubah buat terbang
8.      (+) beri judul gambar tersebut !
(-) jangan pernah membeda-bedakan dan setiap anak mempunyai hak yang sama.


A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Anak berkebutuhan khusus(abk) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “anak luar biasa (alb)” yang menandakan adanya kelainan khusus.anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dan lainnya. Di negara indonesia, abk yang mempunyai gangguan perkembangan dan telah diberikan layanan antara lain sebagai berikut :
1.        Anak yang mengalami tuna netra.
2.        Anak yang mengalami tuna rungu wicara hambatan pendengaran.
3.        Anak dengan tuna grahita (hambatan mental, emosi, sosial, dan fisik).
4.        Anak dengan tuna daksa (kelainan pada tulang).
5.        Anak tunalaras (kelainan membuat keonaran secara berlebihan).
6.        Anak dengan autis (kelainan berbicara dan intelektual).
7.        Anak dengan hiperaktif(kerusakan otak, kelainan emosi).
8.        Anak dengan hendaya belajar (mempunyai prestasi rendah).
9.        Anak dengan tunaganda (kelainan hambatan perkembangan neurologis).
Siswa-siswa yang mempunyai ganguan perkembangan tersebut, memerlukan suatu metode pembelajaran yang sifatnya khusus. Suatu pola yang bervariasi, diyakini dapat meningkatkan potensi peserta didik.

.     Model Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus
            Model pembelajaran anak berkebutuhan khusus berdasarkan pada Kurikkulum Berbasis Kompetensi adalah pengembangan lingkungan belajar secara terpadu. Pengembangan lingkungan secara terpadu dimaksudkan dengan lingkungan yang mempunyai prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus.
            Prinsip-prinsip umum pembelajaran meliputi motivasi, konteks, keterahan, hubungan sosial, belajar sambil bekerja, individualis, menemukan, dan prinsip pemecahan masalah. Sedangkan prinsip-prinsip khusus disesuaikan dengan karakteristik khusus dari setiap penyandang kelainan. Misalnya, untuk peserta didik dengan hambatan visual, diperlukan prinsip-prinsip kekongretan, pengalaman yang menyatu, dan belajar sambil melakukan.
1.      Rasionalitas
Layanan pendidikan dan pembelajaran di Indonesia. Khususnya untuk sekolah luar biasa atau sekolah yang menerapkan pendidikan inklusif, seyogianaya sejalan dan tidak terlepas dari prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus. Kebijakan dan praktek pendidikan berkebutuhan khusus dalam mengaplikasikan gerakan, sejalan dengan prinsip pendidikan untuk semua atau education for all sebagai hasil konferensi dunia di Salamanca pada tanggal 7 hingga 10 Juni 1994.
2.      Visi dan Misi
      Visi pembelajaran berdasarkan KBK, adalah membantu setiap peserta didik berkebutuhan khusus untuk dapat memiliki sifat dan wawasan serta akhlak tinggi, kemerdekaan dan demokrasi, toleransi dan mengjunjung hak azasi manusia, saling pengertian dan berwawasan global (Mulyana, E. 2004:19).
      Misi pembelajaran berdasarkan KBK terhadap ABK adalah suatu upaya guru dalam memberikan layanan pendidikan agar setiap peserta didik menjadi individu yang mandiri, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, terampil, dan mampu berperan sosial (Mulyana, E. 2004:20).
3.      Tujuan Pembelajaran Berdasarkan KBK
Berdasarkan visi dan misi pembelajaran berdasarkan KBK, dapat ditentukan tujuan pembelajaran, antara lain sebagai berikut.
a.       Agar dapat menghasilkan individu yang mampu melakukan kegiatan sehari-hari tanpa bantuan orang lain melalui kemampuan dirinya dalam menggunakan persepsi, pendengaran, penglihatan, taktil, kinestetik, fine motor, dan gross motor.
b.      Agar dapat menghasilkan individu yang mempunyai kematangan diri dan kematangan sosial.
c.       Menghasilkan individu yang mampu bertanggung jawab secara pribadi dan sosial.
d.      Agar dapat menghasilkan individu yang mempunyai kematangan untuk melakukan penyesuaian diri dan penyesuaian terhadap lingkungan sosial.
4.      Isi Program Pembelajaran
Isi program pembelajaran ABK dengan memanfaatkan permainan terapeutik dikelompokan sebagai berikut.
a.       Tingkat perkembangan kemampuan fungsional dari setiap siswa tunagrahita, meliputi sensori motor, kreativitas, interaksi sosial, dan bahasa.
b.      Jenis-jenis permainan terapeutik meliputi permainan eksplorasi, dan permainan memecahkan masalah melalui permainan keterampilan, permainan sosialisasi, permainan imajinatif, dan permainan memecahkan masalah melalui puzzle.
c.       Sasaran perkembangan perilaku adaptif atau target behavior dapat dicapai melalui sasaran berupa pengembangan keterampilan psikomotor dari setiap siswa dalam melakukan kegiatan permainan tertentu sebagai bentuk terapeutik. Selanjutnya target behavior diarahkan agar mampu mencapai tingkat perkembangan kognitif.
5.      Pendukung Sistem Model Pembelajaran dengan KBK
Komponen pendukung sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program pembelajaran. Kegiatan-kegiatannya diarahkan pada hal-hal berikut.
a.       Pengembangan dan manajemen program.
b.      Pengembangan staf pengajar.
c.       Pemanfaatan sumber daya msyarakat dan pengembangan atau penataan terhadap kebijakan dan petunjuk teknis.
6.      Komponen Dasar Model Pembelajaran
Isi layanan pembelajaran dapat dikelomokan ke dalam bagian-bagian sebagai berikut.
a.       Masukan, terdiri atas: (1) Masukan Mentah, berupa: elicitors, behaviors, reinforcers. (2) Masukan Instrumen, berupa: program, guru kelas, tahapan, dan sarana. (3) Masukan Lingkungan, berupa: norma, lingkungan, tujuan, lingkungan, dan tuntutan.
b.      Proses, terdiri atas program pembelajaran individual, pelaksanaan intervensi, refleksi hasil pembelajaran, dan KBK.
c.       Keluaran atau outcome, berupa perubahan kompetensi setiap peserta didik Anak Berkebutuhan Khusus.
Pandangan Islam Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
Dalam penggalan surat di bawah ini mengandung makna kesetaraan untuk bergabung bersama dengan mereka yang berkebutuhan khusus seperti buta, pincang, bisu, tuli, atau bahkan sakit. Mereka berhak untuk makan bersama, berkumpul bersama layaknya masyarakat pada umumnya.

“Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka)di rumah kamu sendiri atau di rumah-rumah bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-saudarmu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan,  di rumah sudara bapakmu yang laki-laki, di rumah saura bapakmu yang perempuan, di rumah saudara ibumu yang laki-laki, di rumah saudara ibumu yang perempuan, di rumah yang kamu miliki kuncinya atau di rumah kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kaum makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini)hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya”. (Q.S. An-Nuur ayat 61).

            Bahkan asbabunnuzul dari QS. An-Nuur ayat 61 ini adalah: pada masa itu masyarakat Arab merasa jijik untuk makan bersama-sama dengan merekayang berkebutuhan khusus, seperti pincang, buta, tuli, dan lainnya. Hal ini disebabkan cara makan mereka yang berbeda. Selain itu masyarakat Arab pada masa itu merasa kasihan kepada merka yang berkebutuhan khusus tersebut karena mereka tidak mampu menyediakan makanan untuk diri mereka sendiri. Akan tetapi Islam menghapus diskriminasi tersebut melalui surat ini. Masyarakat tidak seharusnya membeda-bedakan atau bersikap diskriminasi terhadap anak berkebutuhan khusus.
Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus yang paling banyak mendapat perhatian guru menurut Kauffman dan Hallahan, antara lain sebagai berikut :
a)      Anak Tuna Grahita
Anak tunagrahita secara umum mempunyai tingkat kemampuan intelektual di bawah rerata. Anak tunagrahita memiliki karakteristik anak dengan hendaya perkembangan (tunagrahita), meliputi hal-hal sebagai berikut :
a)      Mempunyai dasar secara fisiologis, sosial dan emosional sama seperti anak-anak yang tidak menyandang tunagrahita.
b)      Selalu bersifat eksternal locus of control sehingga mudah sekali melakukan kesalahan.
c)      Suka meniru perilaku yang benar dari orang lain dalam upaya mengatasi kesalahan-kesalahan yang mungkin ia lakukan.
d)     Mempunyai perilaku yang tidak dapat mengatur diri sendiri.
e)      Mempunyai permasalahan berkaitan dengan perilaku sosial.
f)       Mempunyai masalah berkaitan dengan karakteristik belajar.
g)      Mempunyai masalah dalam bahasa dan pengucapan.
h)      Mempunyai masalah dalam kesehatan fisik.
i)        Kurang mampu untuk berkomunikasi.
j)        Mempunyai kelainan pada sensori dan gerak.
b)      Anak dengan kesulitan belajar
Anak yang berprestasi rendah umumnya kita temui di sekolah, karena mereka pada umumnya tidak mampu menguasai bidang studi tetentu yang diprogramkan oleh guru berdasarkan kurikulum yang berlaku. Anak dengan kesulitan belajar mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a)      Kelainan yang terjadi berkaitan dengan faktor psikologis sehingga mengganggu kelancaran berbahasa, saat berbicara, dan menulis.
b)      Pada umumnya mereka tidak mampu untuk menjadi pendengar yang baik, untuk berfikir, untuk berbicara, membaca dan menulis, mengeja huruf, bahkan perhitungan yang bersifat matematika.
c)      Kemampuan mereka yang rendah dapat dicirikan melalui hasil tes IQ atau tes prestasi belajar khususnya kemampuan-kemampuan berkaitan dengan kegiatan-kegiatan di sekolah.
d)     Kondisi kelainan dapat disebabkan oleh perceptual handicapes dan sebaginya.
e)      Mereka tidak tergolong ke dalam penyandang tuna grahita, tuna laras, atau mereka yang mendapatkan hambatan dari faktor lingkungan, budaya atau faktor ekonomi.
f)       Mempunyai karakteristik khusus berupa kesulitan di bidang akademik, masalah-masalah kognitif, dan masalah-masalah emosi sosial.
c)      Peserta Didik Hiperaktif
Hiperaktif bukan merupakan penyakit tetapi suatu gejala. Ciri yang paling mudah dikenal bagi anak hiperaktif adalah anak akan selalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain, selalu menganggu teman-teman di kelasnya, suka berpindah-pindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya, mempunyai kesulitan berkonsentrasi,dan mempunyai masalah belajar hampir di seluruh bidang studi.
d)     Anak Tunalaras
Anak tuna laras biasa disebut juga dengan anak dengan hendaya perilaku menyimpang. Bower menyatakan bahwa anak dengan hambatan emosional atau kelainan perilaku, apabila menunjukkan adanya satu atau lebih dari lima komponen berikut ini :
a)         Tidak mampu belajar bukan disebabkan karena faktor intelektual, kesehatan.
b)        Tidak mampu untuk melakukan hubungan baik dengan teman-teman dan guru-guru.
c)         Bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya.
d)        Secara umum, mereka selalu dalma keadaan depresi.
e)         Bertendesi ke arah fisik seperti merasa sakit, atau ketakutan berkaitan dengan orang atau permasalahan di sekolah.
e)      Anak tunarungu wicara
Yang dimaksud tuna rungu ini adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar sebagian atau seluruhnya, diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh indera pendengaran. Ciri-cirinya kurang perhatian saat guru menerangkan, mempunyai kesulitan untuk mengikuti petunjuk secara lisan.


f)    Anak Tunanetra
Bagi yang mengalami hambatan pengihatan atau tunanetra jelas ia harus mempelajari lingkungan sekitarnya dengan menyentuh dan merasakannya. Perilaku untuk mengetahui objek dengan cara mendengarkan suara dari objek yang akan diraih adalah perilakunya dalam perkembangan motorik.
g)      Anak autis
Anak autis merupakan kelainan yang disebabkan adanya hambatan pada ketidakmampuan berbahasa yang diakibatkan oleh kerusakan pada otak. Kelainan yang terjadi pada anak autis antara lain, kelainan berbicara, kelainan fungsi saraf dan intelektual, perilaku yang ganjil, interaksi sosial, anak autis kurang suka bergaul dan sangat terisolasi hidupnya.
h)      Anak Tunadaksa
Anak tunadaksa memiliki kecacatan fisik sehingga mengalami gangguan pada koordinasi gerak, persepsi, dan kognisi disamping adanya kerusakan saraf tertentu.ciri utamanya ialah, geraknya kurang kuat, berjalan dengan langkah yang panjang dan mudah jatuh.
i)        Anak Tunaganda
Tunaganda adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan mencakup kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan neorologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi, gerak, bahasa, atau hubungan-pribadi di masyarakat.
j)        Anak berabakat dan keberbakatan
Peserta didik berbakat mempunyai empat kategori :
a)      Mempunyai kemampuan intelektual atau mempunyai intelegensi yang menyuluruh.
b)      Kemampuan intelektual khusus.
c)      Berfikir kreatif atau berfikir murni menyeluruh.
d)     Mempunyai bakat kreatif khusus.

Sumber :
 Delphie, Bandi. Pembelajaran anak berkebutuhan khusus. 2006. Bandung : refika aditama.
Delphie, Bandi. Pembelajaran Anak Tunagrahita. 2006. Bandung : Refika Aditama






Tidak ada komentar:

Posting Komentar